Entri Populer

Jumat, 07 Oktober 2011

Bunga Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia, Swingle ) sebagai antijamur Pityrosporum ovale pada kepala.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional. Keuntungan penggunaan obat tradisional, karena mudah diperoleh dan tidak menimbulkan efek samping. Obat tradisional dapat di tanam di halaman rumah dan dapat di racik sendiri. Penggunaan obat tradisional saat ini sangat berkembang, hal ini disebabkan oleh karena pengobatan menggunakan obat sintetis sangatlah mahal dan haruslah hati-hati menggunakannya.
Jeruk nipis merupakan tanaman obat yang dapat tumbuh dengan sembarangan dan juga tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai pengobatan alternatif dalam pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe, dan lain-lain.
Ketombe merupakan penyakit yang paling banyak ditemui pada masyarakat. Ketombe ini di akibatkan oleh karena kulit kepala memproduksi minyak yang banyak, sehingga jamur normal Pityrosporum ovale (P.ovale) pada kulit kepala berkembang biak lebih cepat dan mengakibatkan penglepasan sel-sel mati kulit kepala lebih cepat. Sel-sel kulit mati ini yang disebut ketombe.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji penggunaan bunga jeruk nipis dalam pengobatan jamur Pityrosporum ovale pada kepala yang dapat menimbulkan ketombe.


1.2  Batasan Masalah
            Makalah ini dibatasi pada bunga jeruk nipis (citrus aurantifolia, Swingle) sebagai anti jamur Pityrosporum ovale (P.ovale) pada kepala.

1.3  Tujuan Penulisan
1.    Penulisan makalah ini bertujuan mengkaji bunga jeruk nipis (citrus aurantifolia, Swingle) sebagai anti jamur Pityrosporum ovale (P.ovale) pada kepala.
2.    Memenuhi tugas Seminar Wajib Farmasi Pada Fakultas MIPA UKIT.

1.4  Metode Penulisan
            Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini berdasarkan kajian pustaka/literatur.

1.5  Manfaat Penulisan
            Melalui penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang bunga jeruk nipis (citrus aurantifolia, Swingle) sebagai anti jamur Pityrosporum ovale (P.ovale) pada kepala.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman
2.1.1 Morfologi Tanaman
Jeruk nipis merupakan pohon yang bercabang banyak ; 1,5-3,5 m, puri 0,3-1,2 cm panjangnya. Tangkai daun kadang-kadang bersayap sedikit, sayap beringgit melekuk  kedalam, panjang 0,5-2,5 cm. daun jeruk nipis bentuknya bulat telur, memiliki tangkai daun bersayap dan ujung daun agak tumpul. Warna daun pada permukaan bawah umumnya hijau muda, sedangkan dibagian permukan atas berwarna hijau tua mengkilap. Bila daun digosok–gosok dengan tangan, akan menebar aroma khas yang harum. Helaian daun bulat telur memanjang, pangkal bulat, ujung tumpul, melekuk kedalam, tepi beringgit, panjang 2,5-9 cm, bunga 1,5 -2.5 cm diameternya. Daun mahkota dari luar putih kuning. Buah bentuk bola, kuning diameternya 3,5-5cm. kulit 0,2-0,5 cm, daging buah kuning kehijauan 1- 1000 cm. Bunga jeruk nipis dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Anonim1).

Gambar I. Bunga jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) 
2.1.2 Sistematika tanaman Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle)
Jeruk nipis diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom                 : Plantae
Sub Divisio            : Spermatophyta
Divisio                     : Magnoliophyta
Kelas                       : magnoliopsida
Ordo                        : Sapindales
Famili                      : Rutaceae
Genus                     : Citrus
Spesies                   : Citrus aurantifolia, Swingle

2.1.3 Nama lain
Pada daerah-daerah tertentu jeruk nipis ini dikenal dengan istilah yang berbeda-beda antara lain:
a.    Sumatera      : kelanga;
b.    Jawa              : jeruk pecel;
c.    Sunda           : jeruk nipis;
d.    Kalimantan   : lemau nepi;
e.    Maluku          : putat ebi;
f.     Buru               : a husi hisni;
g.    Flores            : mudutelang.


2.1.4 Kandungan kimia
Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat. Misalnya: limonen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren dan sitral. Di samping itu jeruk nipis mengandung asani sitrat.

Dalam 100 gram buah jeruk nipis mengandung:

a.    vitamin C 27 miligram,
b.    kalsium 40 miligram,
c.    fosfor 22 miligram,
d.    hidrat arang 12,4 gram,
e.    vitamin B 1 0,04 miligram,
f.     zat besi 0,6 miligram,
g.    lemak 0,1 gram,
h.    kalori 37 gram,
i.      protein 0,8 gram dan
j.      air 86 gram.

Daun, buah, dan bunganya, mengandung minyak terbang limonin dan linalool.(Anonim2).

2.1.5  Khasiat dan penggunaan
Daun dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe dan lain-lain. Buah jeruk nipis dapat digunakan untuk menurunkan panas, obat batuk, peluruh dahak, menghilangkan ketombe, influenza, dan obat jerawat. Getah batang ditambahkan dengan sedikit garam dapat dipergunakan sebagai obat sakit tenggorokan. (B. Sarwono, 1991)


2.2  Minyak atsiri
Minyak atsiri (essensial oil, eteris, minyak terbang, volatile oil) adalah cairan pekat yang tidak larut air, mengandung senyawa-senyawa beraroma yang berasal dari berbagai tanaman. Minyak tersebut dapat dihasilkan dari tiap bagian tanaman (daun, bunga, buah, biji, batang/kulit, dan akar). Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar, dan, berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, dan larut dalam pelarut organik. Sifat minyak atsiri ditentukan oleh persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama persenyawaan tak jenuh (terpena), ester, asam, dan aldehida serta beberapa jenis persenyawaan lainnya.
Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat dipengaruhi oleh beberapa proses, antara lain oksidasi, hidrolisa polimerisasi (resinifikasi), dan penyabunan. Pada umumnya minyak atsiri diperoleh dengan penyulingan menggunakan uap (hidrosetilasi).
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptic. Minyak atsiri dari suatu tanaman tertentu secara umum mempunyai komposisi kimia tertentu yang pada prinsipnya memberikan aktivitas anti mikroba yang spesifik khususnya untuk bakteri S. aureus dan E. coli. Komposisi dari minyak atsiri sangat bervariasi, dan terdiri dari beberapa komponen yang sangat kompleks. Tetapi sebagian besar minyak atsiri terdapat dalam bentuk terpena. (Anonim3)

2.3 Terpena
Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine).
Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan. Kandungan minyak atsiri mempengaruhi penggunaan produk rempah-rempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umum senyawa golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yang mengandungnya. Lebih jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama (nama latin) tumbuhan yang menjadi sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi. Sebagai misal adalah citral, diambil dari minyak yang diambil dari jeruk (Citrus). Contoh lain adalah eugenol, diambil dari minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia aromatica).
Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8).
2.3.1 Tipe terpena dan terpenoid
Terpena memiliki rumus dasar (C5H8)n, dengan n merupakan penentu kelompok tipe terpena. Modifikasi terpena (disebut terpenoid, berarti "serupa dengan terpena") adalah senyawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapat dinyatakan dengan rumus dasar. Kedua golongan ini menyusun banyak minyak atsiri.
  1. Hemiterpena, n=1, hanya isoprena.
  2. Hemiterpenoid, contohnya prenol, asam isovalerat.
  3. Monoterpena, n=2, contohnya mircen, limonen, dan ocimen.
Monoterpene senyawa ini ditemukan di hampir semua minyak esensial dan memiliki struktur 10 atom karbon dan setidaknya satu ikatan rangkap. 10 atom karbon berasal dari dua unit isoprena.
Monoterpena tidak bertahan pada suhu panas. Untuk alasan ini minyak jeruk tidak bertahan dengan baik, karena tinggi akan  hidrokarbon monoterpene dan memiliki reaksi cepat ke udara, dan mudah teroksidasi.
Meskipun beberapa tempat mungkin hanya menyatakan bahwa komponen tersebut mempunyai sifat terapeutik anti-inflamasi, antiseptik, antivirus dan antibakteri, sedangkan beberapa dapat analgesik atau merangsang dengan efek tonik, bisa dilihat sebagai generalisasi yang sangat luas, karena ini kelompok besar bahan kimia bervariasi sangat.  Beberapa memiliki efek merangsang pada selaput lendir mereka juga sering digunakan sebagai dekongestan.
  1. Monoterpenoid, contohnya linalool, geraniol.
  2. Seskuiterpena, n=3, contohnya farnesen.
  3. Seskuiterpenoid, contohnya farnesol, kurkumen, bisabolol.
  4. Diterpena, n=4, contohnya cembren.
  5. Diterpenoid, contohnya kafestol.
  6. Triterpena, n=6, contohnya skualena.
  7. Triterpenoid, contohnya lanosterol, bahan dasar bagi senyawa-senyawa steroid.
  8. Tetraterpena, n=8, contohnya adalah likopen, karoten
  9. Politerpena, n besar, contohnya adalah karet dan getah perca. (Anonim4).
2.4 Limonen
Limonen adalah cairan berwarna dan memiliki bau yang kuat,  yang diklasifikasikan dalam monoterpena. Nama limonen diambil dari tanaman asalnya yaitu lemon.  Limonen relatif stabil dan pada suhu tinggi dapat menguraikan limonen menjadi isoprena. 

Limonen terbentuk dari pirofosfat geranyl, melalui siklisasi dari neryl karbokation. Yang mengalami kehilangan sebuah proton dari kation untuk membentuk limonen.

Gambar. Pembentukkan limonen

Penggunaan limonen :
1.    Limonen pada umumnya digunakan dalam kosmetik sebagai unsur utama bau jeruk.
2.    Limonen juga digunakan dalam pembuatan makanan dan sebagai botani insektisida. 
3.    Limonen digunakan sebagai pelarut untuk membersihkan, seperti penghapusan minyak dari bagian mesin.
  2.5 Linalool
Lebih dari 200 jenis tanaman menghasilkan linalool, terutama dari keluarga Lamiaceae (mint, herbal wangi), Lauraceae (kemenangan, kayu manis, kayu) pohon birch dan Rutaceae (buah jeruk).
Gambar. S (+) linalool dan R (-) linalool
Dalam linalool tumbuhan tingkat tinggi monoterpenoid linalool dihasilkan dari pirofosfat isopentenil melalui pirofosfat geranyl universal isoprenoid menengah, melalui suatu kelas enzim yang terikat membran bernama synthases monoterpene.yang  menghasilkan (S)-linalool dalam jaringan bunga.
Linalool digunakan sebagai pembau dalam produk kebersihan meliputi sabun, sampo, dan lotion. Selain itu juga linalool digunakan sebagai pembunuh hama kutu dan kecoa. (Anonim5)


2.6 Jamur Patogen
Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis untuk memelihara sendiri hidupnya. Oleh karena itu jamur hanya bisa hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organis mati. Berlainan dengan bentuk jamur yang lazim kita kenal, yakni yang menyerupai payung, sebagian besar jamur hanya terdiri dari benang-benang halus sekali (hypen) yang terdiri dari rangkaian sel-sel. Sekelompok hypen kemudian membentuk suatu jaringan yang disebut mycelium. Fungsi alami dari jamur adalah sebagai pembersih alam, yaitu untuk melenyapkan benda-benda mati seperti pohon, daun, sampah, dan sebagainya. Infeksi jamur pada manusia berlangsung melalui sporanya dan dapat dibagi dalam mycosis umum dan mycosis permukaan. (Prof. Dr.D. Dwidjosepto. 1984)
2.6.1  Ragi
Ragi adalah bentuk jamur yang berlainan dengan fungi lainnya terdiri dari hanya satu sel dan memperbanyak diri melalui pertunasan. Ragi dapat menimbulkan dermatomikosis adalah jenis-jenis candida dan pityrosporum.
Dikenal lebih dari 10.000 jenis jamur yang untuk sebagian besar tidak merugikan manusia, malah dapat dimakan, misalnya sampinyon dan jamur-jamur yang tumbuh di atas makanan, seperti Rhizopus oryzae (tempe), Monilia sitophilae (oncom), dan Penicillium camemberti (keju Prancis). Semua jamur ini tidak beracun dan dapat dimakan, tetapi terdapat pula fungi yang bersifat racun dan bisa mematikan bila dimakan, seperti sampinyon merah Amanita muscaria dan Aspergillus flavus dengan toksinnya masing-masing muskarin dan aflatoksin. (Sylvia T. Pratiwi, 2008)
2.6.2 Beberapa Dermatomikosis dan Terapinya
Dibawah ini diuraikan beberapa jenis dermatomikosis yang paling sering ditemukan dan cara pengobatannya
1.    Kutu air
Disebabkan oleh jenis Trichofyton dan merupakan dermatomikosis yang paling banyak timbul.
Pengobatannya dengan krem mikonazol atau Ung. Whitfield (benzoat 5%, salisilat 5% dalam lanolin-vaselin ana). Untuk kasus-kasus yang sulit dapat digunakan griseofulvin atau ketokonazol peroral.
2.    Kuku kapur
Pengobatannya dengan terbinafin oral dd 250 mg.
3.    Panu
Disebabkan oleh Malassezia Furfur, suatu jamur yang terdiri dari kelompok sel dengan hyphen pendek di atas kulit. Pengobatannya dengan mengoleskan bercak-bercak dengan larutan salisilat 5-10% dalam spiritus dil atau krem mikonazol/ketokonazol selama 2-3 minggu atau terbinafin.
4.    Ketombe
Disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale . pengobatannya dapat dilakukan dengan sampo yang mengandung selensulfida2,5%, seng-pirithion 2% dan piroctone olamine (octopirox). Disamping itu juga digunakan zat-zat yang menghambat pembelahan sel (mitosis), misalnya ter (juga berkhasiat antiradang). Selensulfida pun berkhasiat antimitosis dan menghalangi keluarnya palit berlebihan dari kelenjar talg. (Tan dan Rahardja, 2002).

2.7 Ketombe
Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit yang mati dan terkelupas merupakan kejadian alami yang normal bila pengelupasan itu jumlahnya sedikit. Namun ada orang yang mengalami secara terus menerus (pengelupasan dalam jumlah yang besar yang diikuti dengan pemerahan dan iritasi).
Ketombe banyak diketahui berupa serpihan-serpihan/sisik berwarna putih yang melekat di rambut, bahu, maupun di baju. Dan banyak orang mengira kalau ketombe disebabkan oleh kulit kepala yang kering, terlalu banyak mengunakan shampoo atau kebersihan yang kurang. Tidak semua orang tahu bahwa ketombe disebabkan oleh jamur yang bernama Pityrosporum Ovale (P. Ovale). Dan jamur ini dalam keadaan normal terdapat pada kulit kepala semua orang.
Ketombe dapat juga merupakan gejala seborrhoeic dermatitis, psoriasis, infeksi jamur Pityrosporum Ovale (P. ovale) atau kutu rambut. Bila mengalami ketombe, menggaruk kepala secara berlebihan harus dihindari. Menggaruk bagian tersebut dapat menyebabkan kerusakan kulit, yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko infeksi, terutama sekali dari bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus. Infeksi bakteri ini merupakan risiko terbesar dari ketombe.
Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali ditemukan di kulit kepala. Namun dapat juga ditemukan di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada. Seborrhea berupa sisik berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.

2.4.2 Gejala Gejala Dari Ketombe
1. serpihan/sisik
Merupakan tanda yang paling mudah dilihat. Serpihan tersebut adalah tanda bahwa kulit kepala anda rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala menjadi lebih cepat. Serpihan-serpihan tersebut berwarna putih dengan berbagai ukuran dan bentuk yang terdapat pada kulit kepala dan rambut. Pergantian kulit kepala biasanya tidak terderteksi oleh mata. Namun dengan dipercepatnya pergantian ini, menyebabkan timbulnya ketombe.
2. Gatal
Gatal pada kepala terjadi karena timbulnya peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur Pitysporum ovale (P. ovale).
3. Kemerahan
Terjadi karena adanya peradangan sehingga menimbulkan kemerahan pada kulit kepala. (Anonim6).
BAB III. PEMBAHASAN

2.4.1 Mekanisme Terjadinya Ketombe

Sejalan dengan bertumbuhnya kulit, sel-sel epidermal akan terdorong keluar, di mana pada akhirnya mati dan terkelupas dari kepala. Pada umumnya, pengelupasan ini terlalu kecil untuk dapat terlihat oleh mata. Tetapi dalam kondisi tertentu, pergantian sel menjadi terlalu cepat, dan umumnya terjadi di kulit kepala.
Menurut perkiraan, pergantian sel kulit meningkat disebabkan oleh Pityrosporum ovale. Penghuni normal kulit kepala ini sangat meningkat jumlahnya dan menstimulir pembentukkan lipase. Trigliserida dirombak olehnya menjadi asam-asam lemak, yang merangsang kulit dan mengakibatkan hiperproliferasi sel-sel epidermisnya. Akibatnya keratosit dilepaskan lebih pesat, keratin mati yang melekat satu dengan yang lain, lalu dilepaskan sebagai gumpalan-gumpalan serpih dan tidak berangsur-angsur satu demi satu seperti pada keadaan normal.
Ketombe umumnya dianggap sebagai bentuk ringan dari eczema seborois. Tidak diketahui mengapa orang-orang tertentu dihinggapi ketombe dan orang lain tidak. Sebagai faktor penyebab disebut keadaan sistem imun lemah, yang pada orang peka menimbulkan reaksi kulit abnormal terhadap Pityrosporum.
Selain itu, peningkatan derajat asam dan kadar lemak dari kulit, susunan lemak dan stress turut menyumbang berubahnya fungi tersebut menjadi pathogen
3.2   Jamur Pityrosporum Ovale (P.Ovale)
3.2.1 Klasifikasi Pityrosporum Ovale (P.Ovale)
Klasifikasi jamur Pityrosporum ovale (P.ovale) Sebagai berikut :
Kingdom           : Fungi
Disivion            : Basidiomycota
Subdivision      : Ustilaginomycotina
Class                 : Exobasidiomycetes
Ordo                  : Malasseziales
Genus               : Malassezia
Gambar. Jamur Pityrosporum Ovale (P.Ovale)
 3.2.2 Penjelasan
Malassezia (sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum) adalah genus yang berkaitan jamur , diklasifikasikan sebagai ragi , secara alami ditemukan banyak di permukaan kulit hewan termasuk manusia. Hal ini dapat menyebabkan hipopigmentasi pada batang dan lokasi lainnya pada manusia jika itu menjadi infeksi oportunistik.

3.2.3 Nomenklatur

Beberapa ada kebingungan tentang penamaan dan klasifikasi spesies ragi Malassezia karena serangkaian perubahan dalam tata nama mereka. Malassezia awalnya diidentifikasi oleh ilmuwan Prancis Louis-Charles Malassez di akhir abad 19. Raymond Sabouraud mengidentifikasi organism menyebabkanketombe pada tahun 1904 dan menyebutnya "Pityrosporum malassez", menghormati Malassez, tetapi pada hanya tingkat spesies tidak pada tingkat genus. Ketika ditetapkan bahwa organisme adalah sama, istilah "Malassezia" dinilai memiliki prioritas.
Pada pertengahan abad ke-20, itu direklasifikasi menjadi dua jenis:
  • P. Pityrosporum (Malassezia) ovale, hidup pada lingkungan berlemak dan ditemukan hanya pada manusia. P. ovale kemudian dibagi menjadi dua jenis, P. ovale dan P. orbiculare , namun saat ini sumber mempertimbangkan istilah tersebut untuk mengacu pada satu spesies jamur, dengan  furfur nama yang disukai.
  • Pityrosporum (Malassezia) pachydermatis, yang lipofilik tetapi tidak lipid-dependent, ditemukan pada kulit hewan paling.
Pada 1990-an pertengahan, ilmuwan di Institut Pasteur di Paris, Perancis, menemukan spesies tambahan.
Saat ini ada 10 spesies dikenali:
  • M. furfur M. ketombe
  • M. pachydermatis
  • M. globosa
  • M. restricta
  • M. slooffiae
  • M. sympodialis
  • M. nana
  • M. yamatoensis
  • M. dermatis
  • M. obtusa

3.2.4  Peran dalam penyakit manusia

Baru-baru ini, identifikasi Malassezia pada kulit telah dibantu oleh aplikasi berbasis DNA teknik atau molekul yang sangat mirip dengan yang digunakan oleh para ilmuwan forensik untuk mengidentifikasi tersangka kriminal. Penyelidikan ini menunjukkan bahwa pada manusia spesies yang menyebabkan penyakit kulit yang paling banyak dan termasuk penyebab paling umum dari ketombe dan dermatitis seboroik adalah M. globosa (meskipun Malassezia restricta juga terlibat.),  ruam kulit panu (versicolor pityriasis) juga akibat infeksi oleh jamur ini.
Jamur membutuhkan lemak untuk tumbuh, paling umum di daerah-daerah dengan banyak kelenjar sebasea : di kulit kepala, wajah, dan bagian atas tubuh. Ketika jamur tumbuh terlalu cepat, pembaharuan alami sel terganggu dan ketombe muncul dengan terjadinya gatal (proses yang sama juga dapat terjadi dengan jamur lain atau bakteri).
Sebuah proyek di tahun 2007 telah diurutkan genom ketombe penyebab Malassezia globosa dan merasa memiliki 4.285 gen, M.globosa menggunakan delapan jenis lipase , bersama dengan tiga phospholipases , untuk memecah minyak pada kulit kepala. Setiap dari 11 protein akan menjadi sasaran yang cocok untuk pengobatan ketombe.
Temuan lain yang mengejutkan adalah M. globosa 'kemampuan potensi untuk bereproduksi secara seksual, meskipun hal ini tidak terlihat di laboratorium atau di tempat lain.

3.2.5  Pengobatan infeksi kulit kepala bergejala

Gejala infeksi kulit kepala sering diobati dengan disulfida selenium  atau shampoo mengandung ketokenazole. Pengobatan lain meliputi olamine Ciclopirox , tar batubara , pyrithione seng (ZPT), miconazole , atau minyak pohon teh medicated shampoo. hidrogen peroksida juga digunakan untuk mengelola gejala gatal. (Anonim7).

3.3 Pengobatan ketombe

3.3.1 Penggunaan Tanaman Jeruk Nipis
Salah satu bagian jeruk nipis yang dapat digunakan untuk mengobati ketombe yaitu bagian bunga jeruk nipis.  Hal ini disebabkan karena bunga jeruk mengandung minyak atsiri limonen dan linalool yang dapat berperan sebagai antimikroba.



3.3.2  Mekanisme penghambatan jamur P. ovale
Mekanisme minyak atsiri sebagai antijamur adalah :
1.    Karena bersifat denaturen terhadap protein, yang merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu protein yang mengalami danaturasi, dan didalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi lagi. Dengan demikian, dapat menghambat aktivitas mikroba, (Prof.Dr. D. Dwidjoseputro, 1984).
2.    Disamping itu juga dapat merusak membran sel sehingga menyebabkan penurunan permeabilitas membran sel, hal ini dapat menyebabkan zat yang ada dalam sel termasuk enzim keluar dari sel sehingga menyebabkan metabolisme terganggu dan terjadi penurunan ATP, akibatnya aktivitas sel akan terhambat dan menyebabkan kematian jamur.
Hal ini didasarkan karakteristik pada senyawa linalool dan limonen memiliki  rantai panjang pada ikatannya, terdapat gugus karbonil, dan terdapat gugus -OH yang dapat menurunkan energi tereksitasi sehingga bersifat aktif dalam menghambat aktivitas mikroba.

 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan informasi dari beberapa literatur maka dapat disimpulkan bahwa senyawa linalool dan limonen dapat di pakai untuk mengatasi masalah ketombe. Hal ini disebabkan oleh karena linalool dan limonen bersifat sebagai antimikroba yang dapat merusak membran jamur Pityrosporum ovale (P.Ovale). sehingga perkembangan jamur dapat di hindari. Dengan demikian masalah ketombe dapat disembuhkan.

4.2 Saran
Perlu diadakan penelitian mengenai  linalool dan limonen yang terkandung dalam bunga jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) untuk mengobati ketombe dan membiasakan diri untuk membersihkan kepala sehingga dapat terhindar dari ketombe.
 
Daftar Pustaka

Suriawiria, Unus. 1986. Pengantar untuk mengenal dan menanam jamur. Angkasa. Bandung.

AAK. 1994. Budidaya tanaman jeruk. Karnisius. Yogyakarta.
Sarwono, B.1991. Jeruk dan kerabatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Price, Shirley. 1995. Aromaterapi Praktis. Abadi tandur. Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T. 2008.Mikrobiologi Farmasi.. Erlangga. Jakarta.
Dwidjosepto, D. 1984. Dasar-dasar mikrobiologi.. Djambatan. Surabaya.
Bresnick, Stephen M.D. 1996. Intisari Kimia Organik. Hipokrates. Jakarta.
Mahdiana, Ratna. 2010. Mengenal, mencegah, dan mengobati penularan penyakit dari infeksi.Cipta Pustaka. Yogyakarta..

Tan, Hoan Tjay dan Rahardja, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Anonim5. http://en.wikipedia.org/wiki/Linalool& Limonen.
Anonim6. http://en.wikipedia.org/wiki/ketombe
Anonim7. http://en.wikipedia.org/wiki/Malassezia


1 komentar:

  1. mau bertanya, itu bunga jeruk nipisnya di bagaimanakan ya? terimakasih

    BalasHapus